Daftar Blog Saya

Kamis, 27 Januari 2011

PENGGUNAAN METODE SIMULASI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYIMAK CERITA RAKYAT di KELAS V SDN PADAMULYA KECAMATAN TANJUNGMEDAR KABUPATEN SUMEDANG


LAPORAN PKP-PGSD


PENGGUNAAN METODE SIMULASI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYIMAK CERITA RAKYAT di KELAS V SDN PADAMULYA KECAMATAN TANJUNGMEDAR KABUPATEN SUMEDANG



Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat mata kuliah
Pemantapan Kemampuan Profesional
PDGK (4501)




Image36




Di Susun oleh :
                                                Nama                    : YANA HERYANA

NIM                      : 816921374

Program Studi     : 089/S1 PGSD

Pokjar                  : SDN Sukaraja II Sumedang

Masa Registrasi   : 2010.1



PROGRAM PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
UNIVERSITAS TERBUKA
UPBJJ BANDUNG
2010

 
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia terdapat empat keterampilan berbahasa, yaitu keterampilan menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Dari empat keterampilan berbahasa tersebut dapat digolongkan menjadi dua kelompok besar yaitu keterampilan yang bersifat menerima (represif) meliputi keterampilan menyimak dan membaca serta keterampilan yang bersifat mengungkapkan (produktif) meliputi keterampilan menulis dan berbicara. Selain empat keterampilan pokok tersebut terdapat juga satu keterampilan bahasa yang menggunakan sastra anak. Keterampilan bahasa yang menggunakan sastra anak meliputi prosa fiksi, puisi dan drama.
 Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan manusia untuk menjalin hubungan dengan orang lain. Dengan bahasa manusia dapat menyampaikan ide, pikiran, perasaan, dan pesan kepada orang lain sehingga terjadi komunikasi. Sebagai alat komunikasi, bahasa terbagi atas dua jenis bahasa yaitu bahasa lisan dan bahasa tulis. Bahasa lisan digunakan untuk komunikasi antar pendengar dan pembaca, sedangkan bahsa tulis digunakan antara penulis dan pembaca.
Apabila dikaitkan antara keterampilan berbahasa tersebut dengan tujuan pembelajaran, pada dasarnya keempat keterampilan tersebut merupakan tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Pembelajaran Bahasa Indonesia pada hakikatnya diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi, baik secara lisan maupun tulisan, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya sastra. Selain itu, tujuan pembelajaran Bahsa Indonesia adalah untuk mengembangkan kemampuan bahasa dalam segala fungsinya, yaitu sebagai sarana komuinikasi, sarana berfikir, sarana mengemukakan gagasan/ide, perasaan, dan sebagai sarana berekpresi.
Menyimak sebagai salah satu keterampilan berbahasa menjadi dasar keterampilan berbahasa lainnya karena penguasaan keterampilan menyimak merupakan kegiatan pertama yang dikuasai manusia dan kegiatan yang banyak dilakukan dari kegiatan berbahasa yang lainnya. Wilga M. River (dalam Sutari, dkk. 1997: 8) menyatakan bahwa “kebanyakan orang dewasa menggunakan 45% waktunya digunakan untuk menyimak, 30% untuk berbicara, 16% untuk membaca, dan hanya 9% untuk menulis”. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, kemampuan menyimak sangatlah penting sehingga perlu dibina dan dilatih. Selain itu, menyimak dapat melatih kemampuan berpikir karena didalamnya ada proses yang melibatkan pendengaran, penglihatan, penghayatan, ingatan, dan pengertian. Dengan kata lain menyimak merupakan suatu proses, sebagaimana Tarigan (dalam Djuanda, 2008: 12) mengemukakan bahwa menyimak adalah suatu proses yang mencakup kegiatan mendengarkan bunyi bahasa, mengidentifikasi, menginterpretasi, menilai dan mereaksi atas makna yang terkandung didalamnya.
Dalam kurikulum bahasa Indonesia  di sekolah dasar, menyimak mendapat porsi yang jelas. Hal ini dimaksudkan sebagai upaya untuk melatih dan mengembangkan kemampuan menyimak siswa yang sebelumnya telah diperoleh sebelum masuk pendidikan formal. Salah satu kompetensi menyimak yang harus dikuasai siswa dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, khususnya kelas V adalah mengidentifikasi unsur cerita tentang cerita rakyat yang didengarnya. Kompetensi tersebut akan tercapai dan dikuasai siswa apabila proses pembelajaran menyimak dilakukan secara optimal. Untuk menciptakan pembelajaran yang optimal, guru harus terampil memilih dan menerapkan metode pembelajaran yang bervariasi sehingga dapat menarik perhatian siswa. Dengan penggunaan metode pembelajaran yang bervariasi dan menarik diharapkan dapat menimbulkan motivasi terhadap pembelajaran dan dapat mencapai tujuan pembelajaran.
Pembelajaran menyimak cerita rakyat di SD Negeri Padamulya belum dilaksanakan secara optimal. Suasana pembelajaran yang tercipta membuat siswa pasif dalam pembelajaran, karena siswa hanya mendengarkan saja, sehingga hasil belajar belum optimal. Dengan kata lain siswa kesulitan dalam pembelajran menyimak. Padahal jika dilihat dari jenis-jenis menyimak, menyimak tidak hanya menyimak pasif, tetapi ada yang dinamakan menyimak kreatif dan apresiatif.
Berkaitan dengan pembelajatran menyimak cerita rakyat mata pelajaran Bahasa Indonesia, penulis mencoba mengangkat permasalahan yang terjadi di kelas. Dari penelitian awal yang dilakukan pada hari Selasa 23 Februari 2010 diperoleh data awal yaitu siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Padamulya Kecamatan Tanjungmedar Kabupaten Sumedang berjumlah 28 orang siswa yang terdiri dari 16 orang siswa laki-laki dan 12 orang siswa perempuan. Hasil penelitian awal pada proses belajar mengajar di kelas V SDN Negeri Padamulya Kecamatan Tanjungmedar Kabupaten Sumedang terlihat kinerja guru dan aktifitas siswa sebagai berikut :
  1. Guru tidak menggunakan media  yang dapat menarik perhatian siswa.
  2. Guru tidak menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi
  3. Sebagian siswa memperhatikan penjelasan dari guru sebagian siswa tidak memperhatikan penjelasan guru karena mengantuk, ngobrol, becanda dan ribut di kelas.
  4. Pembelajaran hanya berpusat pada guru, artinya siswa tidak diberi kesempatan untuk aktif dan terlibat dalam proses menyimak
  5. Guru menutup pelajaran tanpa memberikan tindak lanjut kepada siswa
Dari permasalaha di atas, dilakukanlah penelitian tindakan kelas dengan judul “Penggunaan Metode Simulasi Untuk Meningkatkan Kemampuan Menyimak Cerita Rakyat di Kelas V SD Negeri Padamulya Kecamatan Tanjungmedar Kabupaten Sumedang”.

B.     Rumusan Masalah
Dari pembahasan latar belakang masalah di atas, maka timbul  permasalahan di antaranya sebagai berikut:
1.    Bagaimana gambaran perencanaan penerapan metode simulasi untuk meningkatkan kemampuan menyimak cerita rakyat di kelas V SD Negeri Padamulya Kecamatan Tanjungmedar Kabupaten Sumedang?
2.    Bagaimana gambaran pelaksanaan penerapan metode simulasi untuk meningkatkan kemampuan menyimak cerita rakyat di kelas V SD Negeri Padamulya Kecamatan Tanjungmedar Kabupaten Sumedang?
3.    Bagaimana gambaran hasil kemampuan menyimak cerita melalui penerapan metode simulasi di kelas V SD Negeri Padamulya Kecamatan Tanjungmedar Kabupaten Sumedang?

C.    Tujuan Penelitian
Penulisan penelitian ini memiliki beberapa tujuan yaitu :
1.      Untuk mengetahui gambaran perencanaan penerapan metode simulasi untuk meningkatkan kemampuan menyimak cerita rakyat di kelas V SD Negeri Padamulya Kecamatan Tanjungmedar Kabupaten Sumedang.
2.      Untuk mengetahui gambaran pelaksanaan penerapan metode simulasi untuk meningkatkan kemampuan menyimak cerita rakyat di kelas V SD Negeri Padamulya Kecamatan Tanjungmedar Kabupaten Sumedang.
3.      Untuk mengetahui gambaran hasil kemampuan menyimak cerita melalui penerapan metode simulasi di kelas V SD Negeri Padamulya Kecamatan Tanjungmedar Kabupaten Sumedang.
D.    Manfaat Penelitian
Bagi siswa
1.      Meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi konsep perubahan sifat benda.
2.      Memberikan suasana belajar yang lebih menyenangkan.
3.      Memperoleh hasil pembelajaran yang lebih bermakna.
4.      Meningkatkan minat, antusias, dan keaktifan siswa dalam pembelajaran menyimak
5.      Mengatasi kesulitan siswa dalam pembelajaran menyimak
6.      Meningkatkan kemampuan siswa dalam pembelajaran menyimak cerita rakyat.
Bagi guru
1.      Menjadikan bahan referensi bagi guru yang akan melaksanakan pembelajaran tentang konsep perubahan sifat benda
2.      Memberikan stimulus agar lebih kreatif dan inovatif dalam mengembangkan model-model pembelajaran lainnya.
3.      Memperoleh wawasan dan pengalaman dalam melakukan perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran menyimak dengan menggunakan metode simulasi.
Bagi Sekolah
Memberikan konstribusi dalam upaya memperbaiki dan meningkatkan kualitas praktek pembelajaran di sekolah.


BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A.    Pembelajaran Menyimak
1.      Pengertian Menyimak
Menyimak adalah mendengar secara khusus dan terpusat pada objek yang disimak (panduan bahasa dan sastra Indonesia, Hanapi; 1995: 18), sedangkan menurut Tarigan (dalam Dadan Djuanda, 2008: 12) menyimak adalah “suatu proses yang mencakup kegiatan mendengarkan bunyi bahasa, mengidentifikasi, menginterpretasi, menilai dan mereaksi atas makna yang terkandung di dalamnya”. Menyimak melibatkan pendengaran, penglihatan, penghayatan, ingatan, dan pengertian. Situasi yang menyertai bunyi bahasa yang disimak terkandung tindakan yang disengaja. Penyimak yang baik adalah penyimak yang berencana.
Peristiwa menyimak selalu diawali dengan mendengarkan bunyi bahasa baik secara langsung atau dengan menggunakan alat lain, misalnya radio, dan televisi. Bunyi bahasa yang ditangkap oleh telinga diidentifikasi bunyinya kemudian dikelompokan menjadi suku kata, frase, klausa, kalimat, dan wacana.
2.      Tujuan Menyimak
Tujuan utama menyimak adalah untuk menangkap dan memahami pesan, ide serta gagasan yang terdapat pada materi atau bahasa simakan. Tujuan umum menyimak dapat dijabarkan sebagai berikut:
a. Menyimak memperoleh fakta atau mendapatkan fakta
b. Untuk menganalisis dan mengevaluasi fakta
d. Untuk mendapatkan inspirasi dan menghibur diri
3.      Menyimak Adalah Suatu Proses
Kegiatan menyimak sebenarnya merupakan suatu proses yang aktif. Meskipun dalam kenyataannya secara fisik, ketika menyimak dilaksanakan seolah-olah pasif. Aktifnya kegiatan menyimak dapat dilihat pada waktu pemahaman simakan. Sebelum penyimak sampai pada taraf pemahaman, penyimak harus berupaya sungguh-sungguh untuk memahami yang disimaknya. Hal tersebut menunjukan bahwa penyimak bersifat aktif.
Greene (dalam Djuanda, 2008: 20) membagi proses menyimak atas empat tahap, yaitu mendengarkan, memahami, mengevaluasi, dan menanggapi. Sedangkan Morris (dalam Djuanda, 2008: 21) membagi proses menyimak atas lima tahap, yaitu mendengar, perhatian, persepsi, menilai, dan menanggapi kemudian menyimpulkan proses menyimak tersebut menjadi enam tahap, yaitu mendengar, mengidentifikasi, menginterpretasi, memahami, menilai, dan menanggapi.
Dalam setiap tahap proses menyimak diperlukan kemampuan tertentu agar proses menyimak dapat berjalan mulus. Misalnya dalam fase mendengarkan bunyi bahasa diperlukan kemampuan menangkap bunyi, sehingga telinga penyimak harus peka.
4.      Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Menyimak
a.       Unsur Pembicara Pembicara haruslah menguasai materi, penuh percaya diri, berbicara sistematis dan kontak dengan penyimak juga harus bergaya menarik / bervariasi
b.      Unsur Materi. Unsur yang diberikan haruslah actual, bermanfaat, sistematis dan seimbang
c.       Unsur Penyimak / Siswa
1)      kondisi siswa dalam keadaan baik
2)      siswa harus berkonsentrasi
3)      adanya minat siswa dalam menyimak
4)      penyimak harus berpengalaman luas
d.      Unsur Situasi
e.       Waktu penyimakan
f.       Saran unsur pendukung
g.      Suasana lingkungan
5.      Ciri-Ciri Penyimak Ideal
Menurut Tarigan mengidentifikasi ciri-ciri menyimak ideal sebagai berikut:
a.       Berkonsentrasi. Artinya penyimak harus betul-betul memusatkan perhatian kepada materi yang disimak
b.      Penyimak harus bermotivasi. Artinya mempunyai tujuan tertentu sehingga untuk menyimak kuat
c.       Penyimak harus menyimak secara menyeluruh. Artinya penyimak harus menyimak materi secara utuh dan padu.
d.      Penyimak harus menghargai pembicara
e.       Penyimak yang baik harus selektif, artinya harus memilih bagian-bagian yang inti
f.       Penyimak harus sungguh-sungguh
g.      Penyimak tidak mudah terganggu
h.      Penyimak harus cepat menyesuaikan diri
i.        Penyimak harus kenal arah pembicaraan
j.        Penyimak harus kontak dengan pembicara, merangkum, dan merespon

B.     Teori Belajar Bahasa
1.   Behaviorisme (Azies, 1996: 21)         
Behaviorisme merupakan teori psikologi, selama beberapa waktu diadopsi oleh parametodolog pengajaran bahasa, terutama di Amerika yang hasilnya pendekatan metode audiolingual. Metode ini ditandai dengan pemberian pelatihan terus-menerus kepada siswa yang diikuti dengan pemantapan baik positif maupun negatife sebagai pokok aktifitas kelas.
Dalam pelaksanaan di kelas, metode yang juga dipengaruhi strukturalisme ini, menurut Moulfon (1963) memiliki 5 karakteristik kunci yang perlu dipertimbangkan jika hendak merancang program bahasa.
a.       Bahasa itu ujaran, bukan tulisan
b.      Bahasa itu seperangkat kebiasaan
c.       Ajarkanlah bahasa, bukan tentang bahasa
d.      Bahasa adalah sebagaimana dikatakan oleh penutur asli, bukan seperti yang dipikirkan orang bagaimana orang seharusnya berbicara
e.       Bahasa itu berbeda-beda
Tahap terpenting dalam metode ini adalah penyajian dan pelatihan karena dilakukan dengan sejelas mungkin.


2.Kognitivisme (Azies,1996:22)
Kognitivisme bisa disebut mentalisme yang dipelopori Linguis Noam Chomsky. Menurut Chomsky bahasa bukanlah salah satu bentuk perilaku, melainkan merupakan sistem yang didasarkan pada aturan dan pemerolehan bahasa pada dasarnya merupakan pembelajaraan system tersebut. Dalam kaitan ini, Chomsky memperkenalkan konsep kompetensi dan perpormansi. Kompetensi merujuk kepada penguasaan siswa tentang aturan gramatikal. Kemampulan menggunakan aturan-aturan ini disebut perpormansi.
Pembelajaran bahasa menurut Chomsky tidak pernah menggunakan metodologi, akan tetapi gagasannya yang menyatakan bahwa bahasa bukanlah seperangkat kebiasaan, yang penting adalah bahwa pembelajaran menginternalisasikan aturan sehingga akan memungkinkan terjadinya performansi kreatif telah banyak memberi gagasan bagi berbagai teknik dan metode pengajaran. Secara singkat pandangan ini dapat disimpulkan bahwa tunjukkan pada mereka aturan atau struktur yang mendasari dan kemudian biarkan mereka melakukannya sendiri. Menciptakan sendiri kalimat-kalimat baru adalah tujuan pengajaran bahasa.             
3.      Pendekatan Humanistik (Azies,1996: 23)
Pendekatan humanistik menganggap siswa sebagai a whole person ‘orang sebagai suatu kesatuan’. Dengan kata lain, pengajaran bahasa tidak hanya mengajarkan bahasa tetapi juga membantu siswa mengembangkan diri mereka sebagai manusia.
Keyakinan tersebut telah mengarahkan munculnya sejumlah teknik dan metodologi pengajaran yang menekankan aspek “Humanistik” pengajaran. Dalam metodologi semacam itu, pengalaman siswa adalah yang terpenting dan perkembangan kepribadian mereka serta penumbuhan perasaan positif dianggap penting dalam pembelajaran bahasa mereka.
Metode yang termasuk kedalam pendekatan humanistik adalah metode the silent way. Metode yang dikembangkan Caleb Gattogno ini bercirikan sedikit masukan yang disampaikan guru, guru hanya memberikan contoh atau model berbahasa kemudian memberi petunjuk apa yang harus dilakukan siswa.
Kemudian metode total physical response yang dikembangkan oleh James Asher. Dalam metode ini, guru memberi instruksi kepada siswa. Siswa tidak harus berbicara, mereka hanya harus mengikuti perintah-perintah guru. Bila benar-benar menguasai, mereka bisa memerintah kepada teman lain. Jadi siswa belajar bahasa melalui  tindakan fisik dari pelatihan.

C.      Teori Perkembangan Anak

Perkembangan anak dipengaruhi oleh banyak faktor. Pengaruh tersebut dapat positif, namun tidak mustahil pula menjadi negatif. Kita sebagai guru diharapkan dapat berbuat sesuatu yang mampu membesarkan dampak positif faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan anak.


1.      Teori Piaget (teori perkembangn kognitif)
Teori Piaget (1896-1980) teorinya yaitu tentang bagaimana seorang anak belajar melalui tindakan yang dilakukannya. Teori Piaget yang biasa disebut dengan “teori perkembangan mental manusia” berkenaan dengan kesiapan anak untuk mampu belajar.
            Menurut teori Piaget dalam Mega Wangi, 2004: 8-11), perkembangan kognitif manusia itu tumbuh secara kronologis melalui empat tahap tertentu yang berurutan. Keempat  tahap yang dimaksudkan oleh Piaget itu ialah :
a.       Tahap sensomotor (umur 0 tahun sampai 2 tahun)
b.      Tahap pra-operasional (umur 2 tahun sampai 7 tahun)
c.       Tahap operasi konkret (umur 2 tahun sampai sekitar 11-12 tahun atau lebih)
d.      Tahap formal (umur 11 tahun sampai dewasa).

Pada umumnya anak sekolah dasar berada pada tahap operasional konkret (concrete operasional) sebagaimana tujuan dari teori perkembangan mental Piaget. Pada tahap ini anak dapat memahami operasi (logis) dengan bantuan benda-benda konkret atau dalam keadaan tertentu.
2.      Teori Erik Erikson (teori perkembangan emosi)
          Erik Erikson (1902-1994) berpendapat :
perkembangan emosi positif sangat penting dalam perkembangan jiwa anak dan sangat tergantung pada peran orang tua dan guru. Setiap anak akan dihadapkan pada 2 keadaan yang saling bertolak belakang; emosi positif dan negatif pada setiap tahap perkembangan. Seseorang akan mengalami konflik tarik menarik antara kedua emosi tersebut, keberhasilan dalam mengelola konflik itu terwujud apabila anak dapat mencapai emosi positif. (dalam Mega Wangi, 2004: 11-13)

Hubungan antara teori Erik Erikson dengan model yang diujicobakan adalah pada tahap berkarya/etos kerja VS minder yaitu antara 6-10 tahun. Dikarenakan pada usia ini terdapat pada siswa sekolah dasar. Disini keadaan perkembangan siswa dikembangkan dalam hal kepercataan diri mereka, mampu untuk berekspresi dan berkarya, hal inilah yang sangat sensitif. Pada tahap perkembangan ini terdapat motivasi-motivasi untuk  berkembang, untuk itu pembelajaran yang disajikan jangan yang terlalu abstrak karena akan bahaya bagi perkembangan siswa sehingga pembelajaran yang dilakukan harus menggunakan media dan salah satu media yang dapat digunakan untuk berkarya dan berekspresi adalah peta berwarna. 
3.      Teori Vigotsky (teori Sosio-kultur)
            Menurut Vigotsky, perkembangan intelektual anak mencakup bagaimana mengaitkan bahasa dengan pikiran. Pada awal perkembangan anak, antara bahasa dan pikiran tidak ada keterkaitan. Semakin sulit subyek yang sedang dipelajari anak, semakin sering anak-anak berbicara sendiri untuk mengerti apa yang sedang dipelajarinya. Jadi penggunaan bahasa bukan hanya sekedar alat untuk berekspresi yaitu sebuah refleksi mengenai obyek yang telah diketahui oleh anak menurut Piaget, tetapi juga alat bantu yang efektif dalam proses belajar. (dalam Mega Wangi, 2004: 13-15)



BAB III

PELAKSANAAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN


A.    Subjek Penelitian
1.      Lokasi penelitian
Lokasi penelitian ini adalah di SD Negeri Padamulya yang terletak di desa Padamulya Kecamatan Tanjungmedar Kabupaten Sumedang. Siswa kelas V dipilih sebagai subjek dalam penelitian karena kurang optimalnya pembelajaran IPA dan Bahasa Indonesia yang sesuai dengan tuntutan kurikulum tahun 2006, sehingga dengan adanya penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dengan penerapan model inkuiri untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada konsep perubahan sifat benda dan penerapan metode simulasi untuk meningkatkan kemampuan menyimak cerita rakyat dapat menunjang pencapaian tujuan pembelajaran. Selain itu juga peneliti menilai perlu adanya sebuah inovasi dalam kegiatan pembelajaran di kelas V agar kualitas pembelajaran siswa dapat meningkat sehingga diharapkan dapat memberikan dampak positif berupa peningkatan hasil belajar siswa.
2.      Waktu penelitian
Pelaksanana pembelajaran dan perbaikan dilaksanakan tiga kali pertemuan untuk masing-masing mata pelajaran. Untuk lebih rinci dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 3.1
Jadwal Pelaksanaan PTK
Mata Pelajaran
Pertemuan
Waktu Pelaksanaan
Bahasa Indonesia
Pertemuan Ke I
23 Februari 2010
Pertemuan ke II (Siklus I)
2 Maret 2010
Pertemuan ke III (Siklus II)
9 Maret 2010

3.       Kelas dan Karakteristik Siswa
Penelitian ini mengambil subyek seluruh siswa kalas V SD Negeri Padamulya Kecamatan Tanjungmedar  Kabupaten Sumedang, berjumlah 28 siswa yang terdiri dari 16 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan..
Latar belakang kehidupan sosial ekonomi orang tua siswa adalah  kalangan menengah ke bawah. Pendidikan orang tua siswa sangat bervariatif, mulai dari lulusan SD, SLTP, SLTA, dan Perguruan Tinggi. Begitu juga dengan mata pencaharian, tapi sebagian besar sebagai petani dan buruh.
B.     Deskripsi Per Siklus
1.      Prosedur penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Karena melalui penelitian tindakan kelas ini guru dapat melihat kembali apa yang telah dikerjakan, memperbaiki, dan meningkatkan kualitas pembelajaran. Model PTK yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah model Kemmis dan Mc Taggart, yaitu model siklus yang dilakukan secara berulang-ulang dan berkelanjutan. Dalam setiap siklusnya terdiri dari tahap perencanaan tindakan, tahap pelaksanaan tindakan, tahap observasi, tahap refleksi, dan tahap perencanaan untuk pelaksanan siklus selanjutnya.
SIKLUS PTKAlur pelaksanaan tindakan kelas setiap siklus dapat dilihat pada bagan di bawah ini.


           


                                                                                                               
Gambar 2
Model Spiral Kemmis dan Mc. Taggart
(Wiriaatmadja, 2008: 66)
Dari bagan di atas prosedur penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam dua siklus. Masing-masing siklus terdiri dari tiga atau beberapa kali tindakan. Hal ini sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai, sebagaimana telah didesain dalam penelitian tindakan.
  1. Tahap Perencanaan Tindakan
1)      Pendekatan kepada kepala sekolah SD Negeri Padamulya agar memberikan izin dan kesempatan untuk melaksanakan kegiatan penelitian
2)      Mengadakan penelitian awal pada proses pembelajaran. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh data-data awal berupa permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran.
3)      Mendiskusikan rencana Penelitian Tindakan Kelas sebagai upaya meningkatkan kualitas pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas V.
4)      Menyusun langkah-langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan yaitu tahap-tahap pembelajaran dengan menggunakan model inquiri dan metode simulasi.
5)      Menyusun lembar observasi kinerja guru dan aktivitas siswa selama proses pembelajaran.
6)      Membuat alat evaluasi untuk mengukur keberhasilan siswa dalam memahami materi pelajaran.
  1. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap ini dilaksanakan tindakan penelitian yang berupa pelaksanaan kegiatan pembelajaran berdasarkan RPP yang telah dibuat sebelumnya dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri. Tahap pelaksanaan tindakan ini terdiri dari enam langkah, yaitu:
Orientasi. Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang responsif. Pada langkah ini guru mengondisikan agar siswa siap melaksanakan proses pembelajaran, guru merangsang dan mengajak siswa untuk berpikir memecahkan masalah. Langkah orientasi merupakan langkah yang penting, keberhasilan model ini sangat tergantung pada kemauan siswa untuk beraktivitas menggunakan kemampuannya dalam memecahkan masalah
            Merumuskan masalah. Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk berpikir memecahkan teka-teki itu. Teka-teki yang menjadi masalah dalam berinkuiri adalah teka-teki yang mengandung konsep yang jelas yang harus dicari dan ditemukan.
Merumuskan hipotesis Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang dikaji. Sebagai jawaban sementara hipotesis perlu diuji kebenarannya. Salah satu cara guru untuk mengembangkan kemampuan menebak (berhipotesis) pada setiap anak adalah dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk dapat merumuskan jawaban sementara atau dapat merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu permasalahan yang dikaji.
Mengumpulkan data. Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam model pembelajaran ini mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam pengembangan intelektual. Tugas dan peran guru dalam tahapan ini adalah mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk berpikir mencari informasi yang dibutuhkan.
Menguji hipotesis. Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data.
Merumuskan kesimpulan. Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Merumuskan kesimpulan merupakan gong-nya dalam proses pembelajaran.
  1. Tahap Observasi
Pada tahap ini dilakukan suatu kegiatan pengamatan langsung terhadap pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan dalam tindakan pelaksanaan.
Kegiatan observasi dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui hal-hal penting selama pembelajaran berlangsung, yang kemudian akan digunakan sebagai salah satu data yang akan dianalisa.
  1. Tahap Refleksi
Pada tahap ini data hasil observasi yang didapat selama pelaksanaan tindakan perbaikan dan data hasil belajar siswa dianalisis kembali sehingga dapat diketahui apakah pelaksanaan tindakan tersebut telah mencapai target proses dan target hasil atau masih memerlukan perbaikan-perbaikan.
2.    Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
a.       Pedoman Observasi
Pedoman observasi adalah suatu pedoman atas pengamatan secara teliti serta pencatatan secara sistematis untuk mengetahui kinerja guru dan aktivitas siswa pada waktu tindakan pelaksanaan. Observasi ini digunakan untuk memperoleh gambaran interaksi antara guru dan siswa selama proses pembelajaran tentang konsep perubahan sifat benda. Dalam observasi dilengkapi dengan format pengamatan sebagai instrumen.
b.      Pedoman Wawancara
Pedoman wawancara adalah suatu pedoman tanya jawab yang dilakukan untuk mengumpulkan informasi melalui komunikasi secara langsung dengan responden dalam hal ini dilakukan kepada siswa, guru dan pembimbing berkenaan dengan gambaran pelaksanaan proses pembelajaran IPA tentang konsep perubahan sifat benda melalui penerapan model pembelajaran inkuiri. Wawancara ini dilakukan setelah proses pembelajaran dengan tujuan untuk memberikan gambaran pelaksanaan proses pembelajaran dan hasilnya.
c.       Tes Tertulis
Tes yaitu suatu alat atau prosedur yang sistematis bagi pengukuran sebuah sampel perilaku. Digunakan untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan kemampuan siswa sebelum dan sesudah tindakan mengenai materi yang telah diajarkan.
Tes dilakukan pada akhir pembelajaran untuk mengetahui kemampuan siswa dalam memahami konsep perubahan sifat benda. Tes tersebut terdiri dari lembar soal, lembar jawaban, dan kunci jawaban.
d.      Catatan Lapangan
Catatan lapangan digunakan untuk mencatat kejadian-kejadian yang penting selama penelitian berlangsung yang mungkin tidak terduga dan tidak direncanakan pada pedoman observasi.
e.       Lembar Kerja Siswa
Lembar Kerja Siswa (LKS) adalah lembar kerja yang dibuat untuk mengarahkan siswa dalam mengamati atau melakukan kegiatan percobaan. LKS ini diberikan kepada siswa ketika akan dimulai percobaan.
3.  Teknik Pengolahan Data
a.    Teknik Pengolahan Data
Teknik pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan melalui tahap pengumpulan data gari berbagai instrument penelitian yang meliputi kinerja guru dan aktivitas siswa yang selanjutnya dilakukan pengkajian dan analisis.
1)     Teknik pengolahan data proses
a)      Hasil observasi kinerja guru
Merlalui observasi terhadap kinerja guru dapat diperoleh data melalui kelebihan dan kekurangan guru dalam proses pembelajaran.
b)      Hasil observasi aktivitas siswa
Observasi terhadap aktivitassiswa dilaksanakan pada saat pembelajaran, untuk mengetahui keterlibatan siswa dalam pembelajaran.
2)     Teknik pengolahan data hasil
            Tes diberikan kepada siswa untuk mengukur pemahaman siswa. Ketuntasan siswa didasarkan KKM (kriteria ketuntasan belajar), dengan memperhatikan kompleksitas, daya dukung dan intake siswa. KKM itu sendiri merupakan kriteria minimal yang harus dicapai atau dikuasai oleh siswa untuk semua mata pelajaran. Setiap siswa dinyatakan lulus atau tuntas ketika memperoleh nilai 62 ke atas.
3)      Analisis Data
Dalam penelitian ini, data yang diperoleh dikumpulkan untuk dipelajari dan dianalisis. Rangkuman data yang dianggap penting dan dapat menguatkan penelitian disajikan dalam bentuk deskriptif dan tabel. Setelah mengumpulkan data dan memperoleh bukti-bukti yang kuat mengenai hasil penelitian, maka dapat ditarik kesimpulan berdasarkan data-data tersebut.
4)      Validasi data
            Validasi data menurut Hopkins (Wiraatmadja, 2005) sebagai berikut:
a)      Member check yaitu memeriksa kembali keterangan-keterangan atau informasi data yang diperoleh selama observasi atau wawancara dari narasumber, siapa pun juga (kepala sekolah, guru, teman sejawat guru, siswa dan lain-lain) apakah keterangan atau informasi itu tetap sifatnya atau tidak berubah sehingga dapat dipastikan keajegannya dan data itu diperiksa kebenarannya.
b)      Triangulasi, yaitu memeriksa kebenaran hipotesis, konstruk atau analisis dengan membandingkan hasil orang lain, misalnya mitra peneliti lain yang hadir dan menyaksikan situasi yang sama
c)      Expert opinion, yaitu dilakukan dengan meminta nasihat kepada pakar, dalam hal ini pembimbing penelitian. Pembimbing akan memeriksa semua kegiatan penelitian dan memberikan arahan atau judgement terhadap masalah-masalah penelitian yang peneliti kemukakan.

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.    Hasil  Penelitian
1.    Paparan Data Tindakan Pembelajaran  Bahasa Indonesia
a.    Paparan Data Tindakan Siklus I
1). Paparan data perencanaan siklus I
Kegiatan perencanaan tindakan siklus I adalah :
a.       Membuat rencana perbaikan pembelajaran siklus I. Dalam rencana perbaikan siklus I kegiatan penelitian difokuskan pada tujuan perbaikan yaitu agar siswa dapat menyebutkan watak tokoh dalam cerita rakyat yang telah disimak.
b.      Menentukan metode pembelajaran yaitu metode simulasi
c.       Membuat lembar observasi siswa untuk melihat bagaimana kondisi belajar mengajar
2). Paparan data pelaksanaan siklus I
            Siklus I dilaksanakan dalam satu kali pertemuan dengan alokasi waktu 2 x 35 menit yang dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 2 Maret 2010, dimulai pukul 07.30-08.40 WIB. Proses pembelajaran siklus I ini diawali dengan kegiatan seperti biasanya yaitu mengkondisikan siswa siap belajar, berdoa, mengabsen, menyiapkan alat pembelajaran, menyampaikan tujuan pembelajaran dan mengadakan apersepsi.
Ketika pada kegiatan inti, peneliti membagi siswa kedalam kelompok, setiap kelompok terdiri dari 4 orang. Peneliti membacakan cerita rakyat dengan memperhatikan peniruan suara dari tokoh cerita, intonasi dan penampakan emosi sesuai dengan alur cerita.
Pada kegiatan akhir, siswa dengan bimbingan peneliti menyimpulkan materi yang telah dipelajari kemudian peneliti menutup pembelajaran.
                 3). Paparan data hasil siklus I
          Setelah kegiatan belajar mengajar, maka sebagai pengamatan penulis mengadakan evaluasi. Dari hasil tes tersebut maka diperoleh rincian nilai setiap siswa pada tabel dibawah ini :


Tabel 4.3
Daftar Nilai Siklus I
NO
NAMA SISWA
NILAI
TAFSIRAN
T
BT
1.
Andri Septiana
70

2.
Anita Sari
70

3.
Arifin
70

4.
Cepi Rohdiana
80

5.
Dede Suryadi
70

6.
Devi Intan
50

7.
Enggal Lalan
50

8.
Fitriani
70

9.
Fifi Nuradiana
70

10.
Idan Royani
50

11.
Ita Nurlela
50

12
Iqbal Maulana
70

13
Lina Nurlinasari
70

14
Martiningsih
50

15
Melani
70

16
Mesy Fitri
80

17
Moh. Ramdani
70

18
Novian Rosmiati
70

19
Rifki Renaldi
60

20
Rizal Zaelani
50

21
Siti Nurjanah
90

22
Sofian
80

23
Susi Nurhasanah
80

24
Taufik Budiman
50

25
Tomi
50

26
Widaningsih
80

27
Zaenal
60

28
Nurhakim
60

               PERSENTASE
60,7%
39,3%

          Dari daftar nilai di atas, walaupun ada peningkatan tetapi dapat dilihat bahwa masih banyak siswa yang mendapat nilai kurang dari yang seharusnya.
                 4). Refleksi siklus I
          Di dalam penerapan cara menggambar beregu ditemukan beberapa temuan sebagai berikut :
a)      Siswa belum memahami cerita
b)      Siswa belum memahami karakter/watak tokoh
c)      Masih ada beberapa siswa yang malu-malu dalam melakukan simulasi.
d)     Hasil tes yang  diperoleh pada siklus I mengalami peningkatan.
e)      Menganalisis data hasil belajar yang diperoleh dari hasil                        observasi
f)       Peneliti berdiskusi dengan praktikan mengenai proses dan hasil pembelajaran dengan menggunakan
b.    Paparan Data Tindakan Siklus II
1)      Paparan data perencanaan siklus II
Berdasarkan  refleksi pada siklus I, hasil tindakan sudah cukup bagus namun belum sesuai dengan yang ditargetkan sehingga perlu dilakukan tindakan pada siklus berikutnya. Pada siklus II ini indikator yang hendak dicapai yaitu menceritakan kembali secara tertulis alur cerita yang telah disimak. Adapun perencanaan pada siklus II ini adalah sebagai berikut :
a)      Pelaksanaan kegiatan pada siklus II tidak jauh berbeda dengan siklus I, tetapi indikator yang harus dicapai yaitu siswa dapat menceritakan kembali alur cerita yang telah disamak.
b)      Membuat  rencana perbaikan pembelajaran siklus II
c)      Membuat lembar observasi siswa.


2)      Paparan data pelaksanaan siklus II
Siklus II dilaksanakan dalam satu kali pertemuan dengan alokasi waktu 2 x 35 menit yang dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 2 Maret 2010, dimulai pukul 07.30-08.40 WIB.
Kegiatan pelaksanaan pada siklus II masih sama dengan kegiatan pelaksanaan pada siklus satu hanya saja pada siklus II ada perubahan yaitu lebih menekankan pada siswa untuk dapat menceritakan kembali alur cerita yang telah disimak ke dalam sebuah tulisan.
3)      Paparan data hasil siklus II
Setelah kegiatan belajar mengajar, maka sebagai pengamatan penulis mengadakan tes akhir untuk mengetahui tingkat keberhasilan. Dari hasil tes tersebut maka diperoleh rincian nilai setiap siswa pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.4
Daftar Nilai Siklus II
NO
NAMA SISWA
NILAI
TAFSIRAN
T
BT
1.
Andri Septiana
80

2.
Anita Sari
80

3.
Arifin
60

4.
Cepi Rohdiana
80

5.
Dede Suryadi
70

6.
Devi Intan
60

7.
Enggal Lalan
60

8.
Fitriani
80

9.
Fifi Nuradiana
70

10.
Idan Royani
50

11.
Ita Nurlela
60

12
Iqbal Maulana
80

13
Lina Nurlinasari
80

14
Martiningsih
60

15
Melani
80

16
Mesy Fitri
90

17
Moh. Ramdani
80

18
Novian Rosmiati
80

19
Rifki Renaldi
70

20
Rizal Zaelani
70

21
Siti Nurjanah
100

22
Sofian
90

23
Susi Nurhasanah
80

24
Taufik Budiman
70

25
Tomi
60

26
Widaningsih
90

27
Zaenal
70

28
Nurhakim
70

               PERSENTASE
75%
25%

            Dari daftar nilai di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil yang dicapai pada penbelajaran menyimak cerita rakyat hasilnya sangat memuaskan.
                 4). Refleksi siklus II
            Berdasarkan hasil analisis dan refleksi terhadap proses pembelajaran pada siklus II temuan-temuannya dapat disimpulkan sebagai berikut :
a.       Siswa sudah memahami cerita
b.      Siswa sudah memahami karakter/watak tokoh
c.       Sudah tidak ada siswa yang malu-malu dalam melakukan simulasi.
B.     Pembahasan
1.    Pembelajaran Bahasa Indonesia
            Berdasarkan hasil belajar siswa pada pembelajaran awal dan perbaikan pembelajaran IPS diperoleh data nilai-nilai sebagai berikut :
Tabel 4.7
Daftar Perolehan Nilai Bahasa Indonesia

No
Nama Siswa
Nilai
Pert. I
Pert. II (siklus I)
Pert . III (siklus II)
1
Andri Septiana
70
70
80
2
Anita Sari
70
70
80
3
Arifin
50
70
60
4
Cepi Rohdiana
70
80
80
5
Dede Suryadi
70
70
70
6
Devi Intan
50
50
60
7
Enggal Lalan
30
50
60
8
Fitriani
70
70
80
9
Fifi Nuradiana
60
70
70
10
Idan Royani
50
50
50
11
Ita Nurlela
50
50
60
12
Iqbal Maulana
60
70
80
13
Lina Nurlinasari
30
70
80
14
Martiningsih
40
50
60
15
Melani
50
70
80
16
Mesy Fitri
70
80
90
17
Moh. Ramdani
60
70
80
18
Novian Rosmiati
60
70
80
19
Rifki Renaldi
50
60
70
20
Rizal Zaelani
50
50
70
21
Siti Nurjanah
90
90
100
22
Sofian
80
80
90
23
Susi Nurhasanah
80
80
80
24
Taufik Budiman
60
50
70
25
Tomi
60
50
60
26
Widaningsih
80
80
90
27
Zaenal
60
60
70
28
Nurhakim
60
60
70
Persentase   Penguasaan Materi (%)
53,5%
60,7%
75%

            Secara keseluruhan, penelitian mengenai penggunaan metode simulas untuk meningkatkan kemampuan menyimak cerita rakyat di kelas V SDN Padamulya memberikan hasil yang positif yaitu adanya peningkatan pemahaman siswa. Untuk lebih rinci dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4.8
Tingkat Keberhasilan
No
Pertemuan
Tingkat Keberhasilan (KKM)
1
I
53,5%
2
II
60,7%
3
III
75%

            Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa pada pertemuan ke satu, persentase tingkat keberhasilan penguasaan materi siswa hanya mencapai 53,5%, pada pertemuan ke dua (siklus I) mengalami peningkatan menjadi 60,7%, dan pada pertemuan ke tiga (siklus II) tingkat keberhasilan penguasaan materi siswa mencapai 75%. Adapun diagram tingkat keberhasilan yaitu sebagai berikut :



Diagram  4.2
Persentase Tingkat Keberhasilan Bahasa Indonesia














BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A.    Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dari hasil penelitian yang dilakukan dengan mengaplikasikan model pembelajaran inkuiri untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada konsep perubahan sifat benda dan penggunaan metode simulasi untuk meningkatkan kemampuan menyimak cerita rakyat di kelas V SD Negeri Padamulya Kecamatan Tanjungmedar Kabupaten Sumedang, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
a.       Gambaran perencanaan penerapan metode simulasi untuk meningkatkan kemampuan menyimak cerita rakyat
Pada tahap ini diawali dengan membuat rencana perbaikan pembelajaran siklus I dan siklus II. Dalam rencana perbaikan siklus I kegiatan penelitian difokuskan pada tujuan perbaikan yaitu agar siswa dapat menyebutkan watak tokoh dalam cerita rakyat yang telah disimak sedangkan pada siklus II inkator yang harus dicapai siswa dapat menceritakan kembali alur cerita yang telah disamak. Langkah selanjutnya adalah menentukan metode pembelajaran yaitu metode simulasi dan membuat lembar observasi siswa untuk melihat bagaimana kondisi belajar mengajar.
b.      Gambaran pelaksanaan penerapan metode simulasi.
Pelaksanaan pembelajaran dilakukan sesuai dengan RPP yang telah dibuat. Pelaksanaannya sudah sesuai dengan apa yang diharapkan. Ketika pada kegiatan inti, peneliti membagi siswa kedalam kelompok, setiap kelompok terdiri dari 4 orang. Peneliti membacakan cerita rakyat dengan memperhatikan peniruan suara dari tokoh cerita, intonasi dan penampakan emosi sesuai dengan alur cerita. Pada saat pembelajaran, siswa sudah memahami cerita, memahami karakter/watak tokoh dan sudah tidak ada siswa yang malu-malu dalam melakukan simulasi.
Pada kegiatan akhir, siswa dengan bimbingan peneliti menyimpulkan materi yang telah dipelajari kemudian peneliti menutup pembelajaran.
c.       Gambaran hasil kemampuan menyimak cerita melalui penerapan metode simulasi.
Dengan diterapkannya metode simulasi, kemampuan menyimak siswa terhadap cerita rakyat dapat meningkat. Hal ini terbukti dari hasil belajar siswa berupa nilai yang meningkat. pada pertemuan pertama (sebelum model diujucobakan) hanya ada 15 siswa (53,5%) dari 28 orang yang lulus KKM. Pada siklus I (setelah model diujicobakan) ada 17 orang siswa (60,7%) yang lulus KKM dan pada siklus II siswa yang lulus KKM mencapai 21 orang (75%).

B.     Saran
Berdasarkan hasil penelitian mengenai meningkatkan hasil belajar siswa pada konsep perubahan sifat benda melalui penerapan model pembelajaran inkuiri dan penggunaan metode simulasi untuk meningkatkan kemampuan menyimak cerita rakyat di kelas V SDN Padamulya Kecamatan Tanjungmedar Kabupaten Sumedang, maka peneliti dapat mengemukakan beberapa saran, yaitu :
  1. Model pembelajaran inkuiri merupakan model pembelajaran yang tergolong baru di dunia pendidikan khususnya di Indonesia. Seorang guru yang ingin menggunakan model pembelajaran inkuiri harus mengetahui dengan jelas model pembelajaran ini.
  2. Strategi ini sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur dengan kebiasaan siswa dalam belajar. Untuk itu, model ini harus terus diberikan kepada siswa agar siswa terbiasa terhadap model ini. Tentunya disesuikan dengan mata pelajaran dan materi yang akan dipelajari.
3.      Model pembelajaran inkuiri merupakan salah satu model yang dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman
4.      Interaksi antara guru dan siswa harus lebih aktif agar pembelajaran menjadi lebih bermakna.
5.      Penggunaan metode yang bervariasi akan membuat pembelajaran menjadi lebih menarik.






3 komentar:

  1. mohon saya perlu daftar pustakanya,, terima kasih

    BalasHapus
  2. saya perlu daftar pustakanya kalo berkenan mohon dikirim,,,terima kasih

    BalasHapus