Daftar Blog Saya

Kamis, 27 Januari 2011

case study

Dimana Letak Rumahku?
Oleh: Siti Mariya Ulfah

SDN Kebondalem adalah salah satu sekolah yang ada di pedesaan kurang lebih 20 km dari kota kabupaten. Pada awal tahun 2000 SDN Kebondalem mulai menerapkan PAKEM yang menjadi pilot project UNESCO. Pada awal-awal melaksanakan PAKEM, saya sebagai guru kelas satu merasa terbebani karena dituntut harus kreatif dalam menciptakan pembelajaran dan aktif serta menyenangkan, padahal kemampuan saya sangat terbatas. Biasanya saya mengajar hanya dengan buka buku halaman … kemudian memberikan perintah kepada para siswa, “Kerjakan!” Selain itu, menyalin tulisan saya yang ada di papan tulis. Sekarang dengan melaksanakan PAKEM yang sesungguhnya saya merasa senang karena murid saya menjadi aktif, kreatif dan merasa senang pada waktu belajar.
Saya ingat pengalaman saya mengajar  sebelum melaksanakan PAKEM. Waktu itu saya mengajar mata pelajaran IPS di kelas satu. Sesuai dengan program semester dua yang sudah ada dari kantor Dinas, materi pelajaran tentang arah mata angin dengan Tujuan Insruksional Khusus mendeskripsikan letak rumah. Tujuan akhir pembelajaran adalah anak-anak dapat menyebutkan letak arah rumahnya dan membuat denah rumah.
Awalnya saya bingung memilih langkah dan metode yang cocok untuk materi ini karena pengetahuan dan pengalaman saya masih sangat terbatas. Walaupun demikian, saya tetap ingin mencoba dan mengajarkannya karena sudah terprogram. Sharing dengan teman guru kelas satu sudah saya lakukan. Di kegiatan KKG hal itu juga sudah dibahas oleh para guru. Mereka mengatakan bahwa pengenalan arah untuk kelas satu memang sulit. Saya mempunyai rencana untuk menjelaskan dulu kepada anak-anak dengan menggunakan gambar arah mata angin.
Tibalah jam pelajaran ke 3 dan 4 setelah istirahat. Dengan rasa senang saya masuk ke kelas satu sambil membawa gambar arah mata angin yang saya siapkan sebelumnya. Saya memulai kegiatan pembelajaran dengan ucapan, “Assalamualaikum!” Dengan serentak anak-anak  menjawab, “Wa alaikum salam.” Saya kemudian menempel gambar arah mata angin dan tidak melihat anak-anak sambil mengatakan, ”Anak-anak, sekarang kita akan belajar tentang arah letak rumah, biar kita bisa mengetahui arah rumah kita dengan melihat denah, Sekarang lihat ke papan tulis. Bu Guru akan menjelaskan gambar yang ditempel Bu Guru.  

U
                                                               







Saya memberikan penjelasan gambar arah mata angin tersebut dengan suara yang nyaring. Situasi kelas menjadi sepi karena saya minta anak-anak untuk diam dengan tangan dilipat di atas bangku. Penjelasan saya mulai dengan mengatakan, “Anak–anak ini utara, barat, selatan, timur,” sambil menunjuk gambar. Setelah saya menerangkan, saya tanya kepada Rahayu, salah satu siswa yang tidak melihat ke papan dan tidak mendengarkan, dengan pertanyaan, “Yu, arah utara di mana?” Rahayu menjawab, “Itu di atas, Bu,” sambil menunjuk gambar yang ada di papan. Kemudian dengan rasa jengkel dan marah-marah saya bertanya lagi kepada Rahayu dengan ucapan, “Makanya lihat ke depan, dengarkan apa yang dikatakan Ibu. Coba kalau begitu arah timur di mana?” Rahayu menjawab, “Kanan.” Berkali-kali pertanyaan yang saya sampaikan belum dimengerti juga dan jawabnya tetap.
Saya jengkel. Akhirnya saya minta anak-anak untuk menyalin gambar arah mata angin selama sepuluh menit seperti yang ada di papan tulis. Yang sudah selesai saya beri nilai pada gambar yang telah dibuat. Sebelum istirahat saya memberi tugas kepada anak-anak untuk mengerjakan soal di buku IPS tentang denah rumah. Tiga puluh menit kemudian saya minta anak-anak mengumpulkan tugas yang telah dikerjakan. Ternyata, 70% anak belum bisa mengerjakan dengan baik.
Pengalaman itu saya lakukan bertahun-tahun dan tetap belum menemukan strategi dan metode yang cocok agar berhasil. Hampir semua teman guru kelas satu saya tanya tentang cara mengajar. Ternyata mereka juga melakukan hal yang sama, seperti yang saya lakukan dan sebagian besar anak-anak juga disuruh menggambar arah mata angin.
Alhamdulilah, pada awal tahun 2000 saya mulai mencoba mengajar menggunakan strategi PAKEM. Saya melaksanakan pembelajaran juga sesuai dengan program yang sudah ada. Saya memanfaatkan sumber belajar pengalaman siswa  dan lingkungan sekitarnya, tidak menggunakan buku paket.
Kegiatan pembelajaran saya awali dengan sapaan, “Halo”. Anak–anak menjawab, ”Hai” . “Assalamualaikum”. “Waalaikum salam,” sahut anak-anak. Kemudian saya menyampaikan, “Anak-anak kita akan belajar di halaman sambil bermain.” Jawab anak-anak, "HOREEEE…..ASYIK”. Seorang anak bertanya, “Belajar apa, Bu?” Saya mengatakan, “Belajar IPS agar kita bisa mengetahui arah rumah kita dengan membaca gambar denah. Dan ingat di luar nanti tidak boleh lari-lari.”
Di halaman saya menggambar arah mata angin yang bisa dilihat oleh semua anak. Anak-anak saya minta untuk berdiri di dekat gambar menghadap ke utara sesuai dengan arah sebenarnya, sambil saya bertanya, ”Coba perhatikan, arah mana yang ditunjuk Bu Guru?” Dengan menggunakan bahasa sehari-hari (bahasa Jawa) anak-anak menjawab dengan serempak, ”Kulon, Bu.”  “Bagus! Apa bahasa Indonesia kulon?” Anak-anak tidak ada yang bersuara. Saya pun mengatakan kepada mereka, “Kulon itu barat, kalau wetan itu timur, sedangkan lor itu utara, dan kidul itu selatan.” Kemudian saya ajak anak-anak bermain dengan menunjukkan arah. Setelaah itu, saya minta mereka untuk menggambar di buku masing-masing.
Selesai permainan tentang arah mata angin di luar kelas, saya mengajak anak-anak masuk ruang kelas. Di dalam kelas saya memulai bertanya kepada anak-anak, “Coba perhatikan, ini arah mana?” sambil saya menunjuk gambar. Semua siswa angkat tangan ingin menjawab, “Bu Guru saya, Bu Guru saya,” dengan suara yang keras di ruangan kelas. Saya menunjuk anak yang agak kurang kemampuannya untuk menjawab, ternyata anak tersebut bisa. Pertanyaan yang saya sampaikan ada beberapa. Setelah saya anggap anak-anak sudah paham tentang pertanyaan yang saya sampaikan, saya meminta kepada anak-anak untuk menggambar denah rumahnya, dan diberi keterangan.
Setelah menggambar denah rumah dan keterangannya selesai, saya memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk menceritakan secara bergiliran kepada teman sekelompoknya. Anak-anak semua aktif saling menceritakan hasil karyanya. Salah seorang anak mengatakan, “Bu! Kalau sudah diceritakan, hasilnya dipajang ya?” Saya menjawab, “Ya, silakan dipajang di papan pajangan yang sebelah utara.” Kemudian saya menanyakan, ”Melihat gambar kalian yang dipajang, kalau begitu arah utara di mana sekarang letaknya?” Dengan serempak anak-anak menjawab, “Di atas, Bu.” Sebelum pelajaran berakhir saya menyampaikan pemantapan bahwa dalam pelajaran IPS untuk menentukan letak arah mata angin ditunjukkan arah utara di atas, timur sebelah kanan, selatan di bawah, dan barat di sebelah kiri. Akhirya pelajaran saya tutup dengan memberi PR untuk mengerjakan buku IPS.
Sumber BBM BERMUTU

Tidak ada komentar:

Posting Komentar